Oleh: Ahmad Muslim
Fast, Magelang- Musim panas yang datang di negara China ternyata berdampak hingga ke indonesia, dampak musim panas tersebut membuat ekspor salak dari Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang menurun jumlahnya. Dan akhirnya salak pun dijual ke pasar lokal dalam negeri dengan harga yang lebih rendah dari harga ekspor.
Eksportir salak asal Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Margono mengatakan, pada bulan Juni, China mulai memasuki musim panas. Di musim ini, konsumsi makanan penduduk berkurang.
“Jumlah ekspor salak ke china rata-rata 12 ton per minggu pada musim dingin, yakni Nopember-Mei. Bahkan, pada puncak musim dingin bulan Desember, ekspor bisa mencapai 70 ton per minggu. Dengan harga rp 6.500 / kg, namun, pada musim panas, ekspor turun hingga 2 ton per minggu,” jelas Margono
Produksi salak yang biasanya diekspor, akhirnya dijual ke pasar lokal dalam negeri, yakni jawa timur dan kalimantan. Meskipun harga jual di pasar lokal lebih rendah daripada ekspor, yakni rp5.800-rp6.000 per kg,
Terpisah, koordinator penyuluh tani Kecamatan Srumbung, Gunadi Joko Susilo menambahkan, didaerahnya, luas lahan salak nglumut mencapai 1.428 hektare, yang dikelola oleh 126 gabungan gapoktan. Dari jumlah itu, lahan yang telah dibudidaya secara baik dan benar sesuai standar operasional (SOP) baru 400 hektare yang dikelola sekitar 20 kelompok.(F1)
You are Here: Home > China Musim Panas, Ekspor Salak Nglumut Menurun
0 komentar:
Posting Komentar