Temanggung (Fast FM)- Sekitar 400-an Laskar Kretek Kabupaten Temanggung menghadang Gubernur
Jateng, Bibit Waluyo keluar dari komplek Pemkab Temanggung. Mereka meminta agar
Bibit bersedia menemui mereka. Dan mengklarifikasi usulannya tentang
pencanangan kawasan desa bebas rokok.
Aksi unjuk rasa ratusan Laskar Kretek ini
dilakukan saat Bibit rapat bersama SKPD Temanggung, usai memimpin upacara Hari
Pendidikan Nasional di Alun-alun Temanggung. Termasuk bersama para kepala desa
se-Temanggung guna mensosialisasikan kemungkinan membuat kawasan desa bebas
rokok.
Aksi para petani tembakau ini dikawal
ketat puluhan petugas kepolisian. Pintu gerbang masuk menuju komplek pemkab
ditutup rapat dan dipagar betis. Sebagian peserta aksi yang mencoba memaksa
masuk, sempat saling dorong dengan peserta lain yang menolak. Namun aksi
akhirnya berjalan tertib dan mereka membubarkan diri.
Menurut Koordinator Aksi Lapangan,
Musolim, mereka beraksi untuk meminta klarifikasi gubernur. Sebelumnya Bibit
mengusulkan pencanangan desa bebas rokok. Usulan tersebut, dinilai akan
merugikan dan mematikan kegiatan petani tembakau. Bibit dinilai juga sering mengolok-olok
petani tembakau dan menyebut rokok merusak lingkungan.
”Kami menolak untuk diolok-olok
terus, dengan sebutan merokok merusak lingkungan dan merugikan kesehatan. Itu
sering dikatakan Bibit di berbagai kesempatan. Kami minta ke depan Bibit tidak
lagi mengolok-olok dan mendiskiriditkan kami,” katanya (02/05).
Pemerintahan Bibit juga diminta membuat
kebijakan menolak RPP Anti Tembakau, sebagaimana telah dilakukan Gubernur Jawa
Timur. Bagi petani tembakau, mempunyai prinsip tembakau atau mati. Karena itu
akan berjuang dengan cara apapun, guna menolak segala upaya yang bermaksud
mematikan kegiatan petani tembakau.
“Kami ingin mendapat perlakuan yang sama
sebagaimana petani tanaman lainnya. Tapi kami merasa aturan yang dirumuskan
pemerintahan Bibit, ingin membunuh kami sedikit demi sedikit. Bukannya justru
dilindungi,” ujar Saeun,
salah seorang orator aksi.
Orator yang lainnya, Prayitno menyatakan,
usulan pencanangan kawasan desa bebas rokok, bertentangan dengan slogan Bali
Deso Mbangun Ndeso milik gubenur sendiri. Karena kalau ada kawasan tersebut,
pabrikan rokok tidak akan membeli tembkau lagi. Sehingga kesejahteraan mereka
akan menurun karena kegiatan bertaninya terhenti.
“Slogan Bali Deso Mbangun Ndeso harusnya
diartikan membangun potensi desa. Di Temanggung potensinya Tembakau sehingga
harusnya didukung untuk dikembangkan. Tapi Bibit malah sebaliknya, ingin
menghancurkan potensi tembakau itu,” kata Prayitno.
Setelah massa membubarkan diri, Bibit dan
rombongannya baru berani ke luar tempat rapat.
Sebelum berangkat ke Semarang, Bibit
mengatakan bahwa dirinya merasa tidak pernah mengatakan rokok haram atau
melarang menanam tembakau. Dirinya cuman mengatakan warga yang kurang mampu
sebaiknya agar mengurangi merokoknya
.
‘’Kalau soal RPP Anti Tembakau, itu sudah
pada kebijakan forum pusat (DPR dan Presiden), dan saya belum tahu isi RPP
seluruhnya, tapi setahu saya petani masih disilakan menanam tembakau,’’
ungkpanya.
Soal usulannya tentang kawasan desa bebas
rokok, Bibit juga menjelaskan hal itu sebenarnya juga baru sebatas
keinginannya. Yakni, dirinya ingin mencoba membuat kawasan tersebut dan nanti
dilihat terjadi penghematan merokok yang seperti apa. ‘’Apa salah saya ngomong
gitu..’’ tegasnya.(Ahmad Muslim) Foto: Antara
Laskar Kretek Sambut Gembira Meninggalnya Menkes
Temanggung (Fast FM)- Sekitar 400-an Laskar Kretek Kabupaten Temanggung menghadang Gubernur
Jateng, Bibit Waluyo keluar dari komplek Pemkab Temanggung. Mereka meminta agar
Bibit bersedia menemui mereka. Dan mengklarifikasi usulannya tentang
pencanangan kawasan desa bebas rokok.
Aksi unjuk rasa ratusan Laskar Kretek ini
dilakukan saat Bibit rapat bersama SKPD Temanggung, usai memimpin upacara Hari
Pendidikan Nasional di Alun-alun Temanggung. Termasuk bersama para kepala desa
se-Temanggung guna mensosialisasikan kemungkinan membuat kawasan desa bebas
rokok.
Aksi para petani tembakau ini dikawal
ketat puluhan petugas kepolisian. Pintu gerbang masuk menuju komplek pemkab
ditutup rapat dan dipagar betis. Sebagian peserta aksi yang mencoba memaksa
masuk, sempat saling dorong dengan peserta lain yang menolak. Namun aksi
akhirnya berjalan tertib dan mereka membubarkan diri.
Menurut Koordinator Aksi Lapangan,
Musolim, mereka beraksi untuk meminta klarifikasi gubernur. Sebelumnya Bibit
mengusulkan pencanangan desa bebas rokok. Usulan tersebut, dinilai akan
merugikan dan mematikan kegiatan petani tembakau. Bibit dinilai juga sering mengolok-olok
petani tembakau dan menyebut rokok merusak lingkungan.
”Kami menolak untuk diolok-olok
terus, dengan sebutan merokok merusak lingkungan dan merugikan kesehatan. Itu
sering dikatakan Bibit di berbagai kesempatan. Kami minta ke depan Bibit tidak
lagi mengolok-olok dan mendiskiriditkan kami,” katanya (02/05).
Pemerintahan Bibit juga diminta membuat
kebijakan menolak RPP Anti Tembakau, sebagaimana telah dilakukan Gubernur Jawa
Timur. Bagi petani tembakau, mempunyai prinsip tembakau atau mati. Karena itu
akan berjuang dengan cara apapun, guna menolak segala upaya yang bermaksud
mematikan kegiatan petani tembakau.
“Kami ingin mendapat perlakuan yang sama
sebagaimana petani tanaman lainnya. Tapi kami merasa aturan yang dirumuskan
pemerintahan Bibit, ingin membunuh kami sedikit demi sedikit. Bukannya justru
dilindungi,” ujar Saeun,
salah seorang orator aksi.
Orator yang lainnya, Prayitno menyatakan,
usulan pencanangan kawasan desa bebas rokok, bertentangan dengan slogan Bali
Deso Mbangun Ndeso milik gubenur sendiri. Karena kalau ada kawasan tersebut,
pabrikan rokok tidak akan membeli tembkau lagi. Sehingga kesejahteraan mereka
akan menurun karena kegiatan bertaninya terhenti.
“Slogan Bali Deso Mbangun Ndeso harusnya
diartikan membangun potensi desa. Di Temanggung potensinya Tembakau sehingga
harusnya didukung untuk dikembangkan. Tapi Bibit malah sebaliknya, ingin
menghancurkan potensi tembakau itu,” kata Prayitno.
Setelah massa membubarkan diri, Bibit dan
rombongannya baru berani ke luar tempat rapat.
Sebelum berangkat ke Semarang, Bibit
mengatakan bahwa dirinya merasa tidak pernah mengatakan rokok haram atau
melarang menanam tembakau. Dirinya cuman mengatakan warga yang kurang mampu
sebaiknya agar mengurangi merokoknya
.
‘’Kalau soal RPP Anti Tembakau, itu sudah
pada kebijakan forum pusat (DPR dan Presiden), dan saya belum tahu isi RPP
seluruhnya, tapi setahu saya petani masih disilakan menanam tembakau,’’
ungkpanya.
Soal usulannya tentang kawasan desa bebas
rokok, Bibit juga menjelaskan hal itu sebenarnya juga baru sebatas
keinginannya. Yakni, dirinya ingin mencoba membuat kawasan tersebut dan nanti
dilihat terjadi penghematan merokok yang seperti apa. ‘’Apa salah saya ngomong
gitu..’’ tegasnya.(Ahmad Muslim)
Selengkapnya...