Ahmad Muslim
Fast Pojok Kota- Petani salak di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, memilih sistem tanaman tumpang sari pada perkebunan salaknya, langkah itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan ekonomi sehari – hari, pasca bencana erupsi merapi.
Sri Sudalmi, petani salak di Dusun pondok, Desa Srumbung misalnya, pasca pohon salaknya roboh diguyur abu vulkanik merapi, ia memilih lahan salaknya di tanami tumpang sari dengan tanaman jagung serta kacang – kacangan.
“Sewaktu ada merapi melutus itu pohon salak itu pada roboh, jadi nggak bisa berbuah, jadi saya memilih sela – selanya itu pohon salak tak kasih tanaman sayur – sayuran, biar cepat panen,” ungkap Sri Sudalmi disela memanen tanaman sayurannya, di Srumbung Magelang, Selasa (15/02)
Menurut pengetahuan yang ia dapatkan, pohon salak yang sudah diguyur abu vulkanik merapi baru akan berbuah paling cepat memakan waktu satu tahun kedepan. “Ya kalu salak yang sudah rusak itu ya satu tahun – dua tahun baru berbuah lagi, padahal saya kan setiap hari butuh makan,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dilakukan Widarti, petani salak Dusun Polengan, Kecamatan Srumbung, menurutnya selain untuk dijual demi kebutuhan ekonomi, menanam sayuran di kebun salak juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sayur keluarganya.
“Namanya orang kampung ya Mas, kita setiap hari juga butuh sayur mayur, jadi ya selain dijual ini juga untuk konsumsi sendiri,” kata Widarti.
Erupsi merapi tahun 2010 ini memang menimbulkan kerugian dan kerusakan disemua sektor, bukan hanya rumah dan insfrastuktur yang rusak, namun pertanian dan sektor perikanan, peternakan juga merasakan dampak yang tidak sedikit ringan.
“Waktu erupsi yang tahun 2006 itu kerusakannya tidak sampai separah ini, karena kampung saya adalah kampung paling atas yang tidak diungsikan, namun 2010 ini sungguh luar biasa, semua penghidupan warga hancur,” tambah Widarti.
Sebelumnya, Mentri Pertanian Suswono, ketika berkunjung di Magelang, mengatakan, Tahap rehabilitasi dan rekontruksi terutama untuk sektor pertanian, pemerintah mengalokasikan dan sebesar Rp 6,4 milyar, dan Rp 6,3 milayar diantaranya hingga kini telah direalisaikan.
“Buat penyelamatan itu ada adana untuk magelang ini ada 6,4 Milyar, yang sudah dicairkan 6,3, masih ada dana 120 juta, jadi ini untuk penyelamatan lahan – lahan salak ini, dimana dari penyelamatan ini kita lakukan dengan cara padat karya melibatkan 146.000 orang,” kata Suswono
Pemerintah berharap, kesempatan padat karya ini bisa dijadikan lapangan pekerjaan bagi korban erupsi maupun lahar dingin merapi.(F1)
You are Here: Home > Petani Salak Merapi Atasi Kesulitan Ekonomi Dengan Tumpang Sari
0 komentar:
Posting Komentar